Smiling depression adalah istilah yang merujuk pada seorang penderita depresi yang tetap tersenyum dan terlihat seperti baik-baik saja dari luar. Kondisi “depresi tersenyum” ini banyak ditemukan di kehidupan nyata, di mana mereka terlihat normal dan bahagia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, bahkan meyakinkan orang lain bahwa dirinya baik-baik saja.
Meskipun bukan diagnosis medis yang diakui dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition), smiling depression bisa dikategorikan ke dalam gangguan depresi atipikal atau tidak khas (atypical depression). Di mana, gangguan depresi ini ditandai dengan gejala yang tidak biasa seperti peningkatan suasana hati sebagai respons terhadap kejadian positif atau merasa sensitif terhadap penolakan.
Mari kenali gejala, penyebab, dan faktor risikonya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu Smiling Depression?
Seperti yang telah disebutkan di atas, smiling depression adalah kondisi di mana seseorang tetap tersenyum dan terlihat baik-baik saja saat menjalani kehidupan sehari-hari meskipun sebenarnya sedang mengalami depresi.
Penderita depresi umumnya merasa sedih, lesu, dan putus asa. Bahkan pada level yang cukup serius, mereka tidak ingin bangun dari tempat tidurnya atau bahkan pergi keluar ruangan. Hal yang sama tidak ditemukan pada penderita smiling depression. Maka dari itu, gangguan depresi ini sulit dideteksi. Bahkan bisa jadi penderitanya sendiri tidak menyadari bahwa ia sedang menderita depresi. Hal inilah yang membuat smiling depression dianggap lebih berbahaya dari depresi pada umumnya.
Penyebab Smiling Depression
Kondisi smiling depression biasanya diderita oleh orang-orang dengan kepribadian perfeksionis atau ambisius. Selain faktor tersebut, smiling depression bisa disebabkan atau dipicu oleh hal-hal berikut ini:
1. Perubahan Gaya Hidup yang Drastis
Kondisi smiling depression bisa disebabkan oleh pengalaman traumatis, salah satunya adalah perubahan gaya hidup yang drastis. Pada orang dewasa, hal-hal yang sering kali membuat kondisi mental terguncang dan berujung pada depresi adalah:
2. Tuntutan atau Stigma Sosial
Setiap orang mungkin memiliki pengalaman yang berbeda ketika menghadapi depresi. Biasanya, tersenyum di masa-masa sulit menjadi respons tubuh yang tidak disadari oleh penderita depresi. Hal ini sering ditemukan baik pada pria maupun wanita dewasa yang diharapkan untuk menanggung beban keluarga tanpa mengeluh.
Jadi, tersenyum merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang secara otomatis dipakai setiap harinya oleh penderita smiling depression. Tanpa sadar, mereka memendam rasa lelah di dalam diri yang bisa memperburuk kesehatan mental.
3. Ketergantungan Media Sosial
Penggunaan media sosial di era digitalisasi saat ini sudah mencapai angka yang tinggi di berbagai belahan dunia. Tidak jarang, banyak orang akhirnya merasa ketergantungan akan media sosial yang menunjukkan sempurnanya kehidupan orang lain.
Tuntutan di media sosial untuk tampil sempurna inilah yang dapat membuat penderita smiling depression termotivasi untuk mengunggah atau membagi momen-momen bahagia mereka untuk ditunjukkan ke publik. Padahal, hal tersebut hanya akan membuat kondisi depresi memburuk seiring waktu.
Selain itu, ketergantungan media sosial juga dapat menimbulkan kebiasaan membandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain yang tampak seperti lebih bahagia. Kebiasaan membandingkan kehidupan ini juga berpotensi memperburuk kondisi depresi.
4. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Kondisi smiling depression bisa disebabkan dari ekspektasi tinggi yang dibebankan oleh lingkungan sekitar kepada seseorang. Hal ini umumnya terjadi karena faktor sosial, seperti tuntutan mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi atau tuntutan menikah di usia tertentu.
Banyaknya ekspektasi yang dibebankan kepada hidup seseorang dapat membuat mereka terpaksa menyembunyikan depresi yang diderita. Sehingga setiap harinya mereka akan tersenyum dan bersikap seakan-akan semuanya baik-baik saja.
Gejala Smiling Depression
Adapun beberapa gejala lainnya dari smiling depression yang perlu diperhatikan adalah:
Cara Mengatasi Smiling Depression
Smiling depression perlu diatasi dengan segera agar tidak menyebabkan kondisi yang lebih serius, seperti penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri. Untuk itu, dibutuhkan penanganan gangguan depresi yang meliputi:
1. Pengobatan Medis
Beberapa obat yang biasanya diresepkan dokter untuk mengatasi gangguan depresi adalah:
2. Terapi Psikologis
Adapun terapi psikologis juga disarankan untuk mengatasi smiling depression, di antaranya:
3. Pola Hidup Sehat
Smiling depression juga dapat diatasi dengan menerapkan pola hidup yang lebih sehat, yaitu dengan:
Demikian pembahasan seputar smiling depression yang diharapkan dapat menambah wawasan seputar masalah kesehatan mental untuk kamu dan keluarga. Apabila kamu atau anggota keluarga menderita kondisi serupa, segera konsultasi dan periksakan ke Dokter Spesialis Psikiatri di RSU Wajak Husada. Nikmati layanan pendaftaran online lebih mudah langsung mendapat nomor antrian poli via whatsapp melalui nomor berikut wa.me/6282334145073
Informasi Layanan RSU Wajak Husada
☎️ 0341 8221030
📞 wa.me/6281230733939
📍Jl. Raya Kidangbang No.02, RT.16/RW.05, Kidangbang, Wajak, Malang
🔎https://www.rsuwajakhusada.com/
Social Media Kami
Tiktok : rsu_wajakhusada1
Facebook : RSU Wajak Husada
Instagram : rsuwajakhusada
Youtube : RSU Wajak Husada
Ramah, Berkualitas, Bersahabat
www.rsuwajakhusada.com
Ditulis oleh: Admin RSU Wajak Husada
Ditinjau oleh: dr. Aziza Matinu Karima, Sp.KJ
Terakhir diubah: 18 Apr, 2024 10:40